Evidence Based Anemia pada Remaja Puteri

(Ditulis oleh: Inawati, mahasiswa Universitas Indonesia Maju)

Anemia di definisikan sebagai konsentrasi hemoglobin yang rendah dalam darah (WHO 2015). Ketika seseorang tidak memiliki cukup sel darah merah atau jumlah hemoglobin dalam darah rendah maka tubuh tidak bisa mendapatkan oksigen sesuai kebutuhannya sehingga orang tersebut akan merasa lelah atau menderita gejala lainnya (Fikawati.dkk, 2017). Anemia terjadi ababila kepekatan hemoglobin dalam darah di bawah batas normal. Hemoglobin adalah sejenis pigmen yang terdapat dalam sel darah merah, bertugas membawa oksigen dari paru-paru ke jaringan tubuh. Zat besi mempunyai peranan penting dalam tubuh, sehingga membantu hemoglobin mengangkut oksigen dan myoglobin menyimpan oksigen, zat besi juga membantu berbagai macam enzim dalam mengikat oksigen untuk proses pembakaran. Anemia gizi adalah suatu keadaan kekurangan kadar hemoglobin dalam darah yang di sebabkan karena kekurangan zat gizi yang di perlukan untuk pembentukan hemoglobin.

Remaja putri pada umumnya memiliki kebiasaan makan tidak sehat. Antara lain kebiasaan tidak makan pagi, malas minum air putih, diet tidak sehat karena ingin langsing (mengabaikan sumber protein, karbohidrat, vitamin dan mineral), kebiasaan ngemil makanan rendah gizi dan makanan siap saji. Hal tersebut menyebabkan remaja tidak mampu memenuhi keanekaragaman zat makanan yang dibutuhkan oleh tubuhnya untuk proses sintesis pembentukan hemoglobin (Hb). Bila hal ini terjadi dalam jangka yang lama akan menyebabkan kadar Hb terus berkurang dan menyebabkan anemia (Suryani, 2015). Menurut WHO batas ambang anemia untuk wanita usia 11 tahun keatas adalah apabila konsentrasi atau kadar hemoglobin dalam darah kurang dari 12 gr/dL. Penggolongan jenis anemia mejadi ringan, sedang, dan berat belum ada keseragaman mengenai batasannya.

Anemia defisiensi besi merupakan anemia yang sering menjadi masalah pada remaja, karena kebutuhan zat besi yang tinggi untuk pertumbuhan. Remaja yang mengalami anemia biasanya sering pusing, cepat merasa lelah, tidak bertenaga atau bergairah dalam beraktivitas. Remaja putri menjadi rentan terhadap anemia sebab remaja putri mengalami siklus menstruasi. Ketidakseimbangan zat gizi juga menjadi penyebab anemia pada remaja. Remaja putri biasanya sangat memperhatikan bentuk tubuh, sehingga banyak yang membatasi konsumsi makanan dan banyak pantangan terhadap makanan (Budiman,2016). Anemia banyak terjadi pada masyarakat terutama pada remaja dan ibu hamil.

Anemia disebabkan oleh beberapa hal antara lain, seperti asupan makanan yang rendah zat besi atau zat besi yang terdapat terdalam makanan terdapat dalam bentuk yang sulit untuk diserap. Dan saat kehilangan darah tubuh perlu memproduksi sel darah merah lebih banyak dari biasanya, sehingga kebutuhan zat besi juga ikut meningkat. Saat simpanan zat besi dalam tubuh sudah habis dan penyerapan zat besi pada makanan sedikit, tubuh akan mulai memproduksi sel darah merah lebih sedikit dan mengandung hemoglobin yang lebih sedikit pula. Hal inilah yang akhirnya menyebabkan anemia gizi besi, yang merupakan penyebab anemia yang paling sering terjadi (Sandra dkk, 2017).

Penyebab utama anemia dapat dikategorikan dalam kategori rendah: kekurangan, atau produksi sel darah merah yang abnormal, pemecahan sel darah merah yang berlebihan, dan hilangnya sel darah merah secara berlebihan. Penyebab yang berkaitan dengan kurang gizi, dihubungkan pada asupan makanan, kualitas makanan sanitasi dan perilaku kesehatan, kondisi lingkungan sekitar, akses kepada pelayanan kesehatan, dan kemiskinan.

Kerentanan anemia pada remaja putri terjadi karena proses kehilangan darah saat menstruasi. Remaja putri yang menderita anemia berisiko mengalami anemia juga saat hamil, yang berdampak terhadap pertumbuhan dan perkembangan janin Dalam kandungan serta berpotensi menimbulkan komplikasi kehamilan dan persalinan, bahkan menyebabkan kematian ibu dan anak. Dampak anemia pada remaja dapat menyebabkan keterlambatan pertumbuhan fisik, gangguan perilaku serta emosional. Hal ini mempengaruhi proses pertumbuhan dan perkembangan sel otak sehingga dapat menimbulkan daya tahan tubuh menurun, mudah lemas, lapar, konsentrasi belajar terganggu, prestasi belajar menurun serta dapat mengakibatkan produktivitas kerja yang rendah.

Melihat besarnya dampak yang ditimbulkan akibat anemia khususnya pada remaja maka sangat penting untuk dilakukan upaya promotif dan preventif serta deteksi dini anemia pada remaja mengingat remaja putri merupakan calon ibu yang akan melahirkan generasi penerus dan untuk meminimalkan resiko perdarahan akibat anemia pada saat persalinan

Gejala Anemia pada Remaja

Secara umum, sebagian orang tidak memperlihatkan gejala atau tanda. Namun demikian, terdapat beberapa gejala anemia yang dapat dialami oleh remaja seperti berikut, diantaranya adalah:

  1. Terlihat sangat lelah
  2. Mengalami perubahan suasana hati
  3. Kulit yang terlihat lebih pucat
  4. Sering mengalami pusing
  5. Mengalami jaundice (kulit dan mata menjadi kuning)
  6. Detak jantung berdebar lebih cepat dari biasanya.
  7. Mengalami sesak nafas, sindrom kaki gelisah hingga kaki dan tangan bengkak apabila mengalami anemia berat.

Dengan mengetahui beberapa gejala anemia pada remaja diatas, diharapkan para orangtua bisa meningkatkan kewaspadaan dan melakukan pencegahan dengan memenuhi asupan gizi dan nutrisi pada anak setiap harinya. Selain itu, juga diharapkan anak bisa mengkonsumsi tablet tambah darah (TTD) secara berkala.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *