(Ditulis oleh: KARYADI, mahasiswa Prodi S1 Keperawatan – Universitas Indonesia Maju)
Penyakit jantung saat ini masih menjadi masalah yang serius di Indonesia. Tren jumlah kasus penyakit jantung terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Seiring dengan hal itu, kemarian secara tiba-tiba akibat penyakit jantung juga semakin meningkat. Hal yang perlu dilakukan untuk menangani hal tersebut maka, diperlukan penanganan khusus dan sesuai dengan jenis penyakit jantung pasien. Salah satu cara yang bisa dilakukan untuk mencegah kematian yang tiba-tiba akibat penyakit jantung adalah dengan melakukan terapi ICD (Implantable Cardioverter Defibrillator).
ICD adalah alat yang digunakan untuk mengatasi detak jantung abnormal yang parah. ICD adalah sebuah alat dengan ukuran kecil sebesar jam tangan yang ditanam dada yang kemudian akan mengeluarkan kejutan atau tegangan listrik saat jantung berdetak terlalu lambat atau cepat.
Perangkat ICD memiliki baterai yang dapat bertahan hingga 8 tahun, tergantung frekuensi kerja alat tersebut. Perangkat ini bekerja dengan menghasilkan impuls listrik kejut untuk menggagalkan irama abnormal dan mengubahnya menjadi normal kembali, sekaligus mengembalikan fungsi jantung. ICD ditanam di bawah kulit dengan prosedur operasi kecil tanpa bius total. ICD memiliki kabel yang masuk memalui vena besar dan terhubung dengan bilik jantung untuk menghantarkan impuls kecut tersebut.
Alat ICD tidak dapat ditanamkan pada semua orang yang memiliki gangguan irama jantung. Namun alat ICD dapat ditanamkan jika seseorang memiliki kelainan jantung yang bisa mengancam jiwa, misalnya penderita yang baru pulih dari serangan jantung akibat fibrasi ventrikel atau akibat aritmia ventrikel atau memiliki penyakit jantung bawaan tertentu yang berpotensi mengancam jiwa.
Umumnya, seseorang yang memiliki resiko tinggi terkena serangan jantung aritma ventrikel memerlukan terapi ICD termasuk pasien gagal jantung yang memiliki masalah kontraksi jantung dengan fraksi ejeksi yang rendah. Dokter jantung dengan sub spesialissasi ahli irama jantung sebelum menyarankan pemasangan alat ICD, pasien akan diminta menjalankan tes, seperti tes elektrofisiologi. Tes elektrofisiologi dapat menentukan jenis gangguan irama jantung apa yang pasien miliki, dan apakah penggunaan alat ICD bisa menjadi solusi.
Pemasangan alat ICD memiliki prosedur yang harus diperhatikan. Prosedur terapi ICD hamper sama dengan pemasangan pemasangan alat pacu jantung atau pacemaker. Dokter melakukan [emasangan perangkat ICD yang terdiri dari generator, dan kabel elektroda di dada bagian atas. Ukuran alat yang sebesar jam tangan memudahkan pemasangan tanpa operasi besar bahkan bisa dengan bius local saja.
Dalam terapi untuk mengatur ritme jantung, ICD bisa memberikan satu atau lebih tindakan pada pasien, yakni:
- Mengirim impuls listrik bertegangan rendah dalam kecepatan tinggi
- Menghantarkan satu atau lebih kejutan listrik kecil
- Mengirim kejutan listrik lebih besar satu kali atau lebih
- Memberikan pemacuan yang dibutuhkan
Pasien yang melakukan terapi ICD harus waspada terhaap lingkungan sekitar karena terapi ICD berkaitan dengan listrik. Maka biila ada medan magnet yang cukup kuat di dekat pasien, kerja alat ICD kemungkinan akan terganggu. Benda yang mengandung magnet kuat dapat mengganggu fungsi mikrokomputer didalam ICD dan membuatnya tak dapat bekerja secara normal.