(Ditulis oleh DAFFA MOCH YUSE ALGIANSYAH GUNAWAN, mahasiswa S1 Keperawatan Universitas Indonesia Maju)
Penyakit usus buntu atau dalam bahasa medis dikenal dengan Apendisitis adalah kondisi ketika apendiks atau sebuah kantung yang merupakan bagian dari usus besar yang terletak di sisi kanan bawah perut mengalami peradangan. Cara termudah adalah menekan dengan lembut pada area yang sakit. Ketika tekanan tiba-tiba dilepaskan, nyeri perut usus buntu biasanya akan terasa hebat, yang menandakan bahwa peritoneum yang berdekatan meradang. Penyebab terjadinya peradangan pada apendiks yaitu karena adanya penyumbatan yang terjadi di lapisan usus buntu sehingga bakteri dapat berkembang biak dengan cepat yang akhirnya menyebabkan apendiks menjadi meradang, bengkak, dan penuh nanah. Penyakit usus buntu terjadi akibat infeksi di rongga usus buntu.
Gejala Penyakit Usus Buntu
Gejala utama penyakit usus buntu adalah nyeri di perut yang disebut kolik abdomen. Nyeri tersebut dapat berawal dari pusar, kemudian bergerak ke bagian kanan bawah perut. Lokasi nyerinya bisa berbeda-beda, tergantung pada usia pasien dan posisi usus buntu itu sendiri. Dalam waktu beberapa jam, nyeri akibat penyakit usus buntu bisa bertambah parah, terutama saat bergerak, menarik napas dalam, batuk, atau bersin. Selain itu, nyeri juga bisa muncul secara mendadak, bahkan saat penderita sedang tidur.
Beberapa gejala lain yang mungkin dirasakan bagi penderita usus buntu, yaitu:
- Nyeri perut yang bermula di sekitar pusar lalu berpindah di sisi kanan perut bagian bawah terasa semakin sakit saat batuk, berjalan, atau bergerak.
- Mual dan muntah.
- Kehilangan nafsu makan.
- Demam, konstipasi, diare dan kembung.
Kapan Penderitas Apendiksitis harus ke Dokter
Segera lakukan pemeriksaan ke dokter Spesialis Bedah jika merasakan nyeri parah di perut bagian kanan bawah, atau gejala usus buntu lain seperti yang telah disebutkan di atas. Jangan makan, minum, menggunakan obat pereda nyeri, obat pencahar, atau kompres hangat (heating pad) untuk meredakan gejala nyeri, tanpa adanya anjuran dari dokter. Waspadai bila nyeri perut perlahan-lahan makin parah dan meluas ke seluruh area perut. Kondisi tersebut bisa menjadi tanda usus buntu telah pecah sehingga berisiko menyebabkan infeksi rongga perut. Pada wanita, gejala usus buntu juga bisa mirip dengan nyeri menstruasi atau kehamilan (ektopik).
Pengobatan Usus Buntu tanpa Pembedahan
Dalam beberapa kasus, radang usus buntu bisa ditangani tanpa operasi, yaitu dengan pemberian obat antibiotik. Namun, pengobatan usus buntu tanpa operasi ini hanya bisa dilakukan pada kondisi radang usus buntu yang masih ringan dan belum disertai komplikasi atau pecahnya usus buntu. Jenis antibiotik yang diberikan dokter akan disesuaikan dengan tipe kuman yang menyebabkan infeksi di usus buntu.
Obat antibiotik yang diberikan pun bisa melalui suntikan atau pemberian obat antibiotik yang diminum. Selama pengobatan, kondisi penderita tetap perlu dipantau oleh dokter. Apabila kondisi penderita tidak membaik atau justru semakin parah meski sudah mendapatkan obat-obatan, langkah operasi tetap perlu dilakukan untuk menangani usus buntu. Sementara itu, untuk penderita usus buntu yang berhasil ditangani dengan obat-obatan tanpa operasi, dokter akan menyarankan pasien untuk melakukan pemeriksaan kembali dalam waktu 6 bulan guna memantau kondisi usus buntu yang dialami penderita, dokter dapat melakukan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang, seperti kolonoskopi, tes darah, serta pemeriksaan radiologi, seperti foto rontgen, USG, atau CT scan perut.