Selasa , April 16 2024

Musim Hujan, Waspada Penyakit Demam Berdarah

(Ditulis oleh Etika Widya Krisnaningrum, mahasiswi S1 Kebidanan Universitas Indonesia Maju)

JAKARTA – Saat ini, musim hujan sangat rentan terhadap Demam Berdarah. Demam Berdarah Dengue (DBD) disebabkan oleh nyamuk Aedes aegypti, yang tersebar di daerah tropis dan subtropis. DBD ringan dapat menyebabkan demam tinggi, ruam kulit merah, dan nyeri otot, sedangkan DBD berat yang juga disebut demam hemoragik dapat menyebabkan pendarahan berat, penurunan tekanan darah yang drastis, bahkan kematian. Di Indonesia, DBD masih menjadi masalah kesehatan masyarakat yang serius. Selama tahun 2020, Kementerian Kesehatan mencatat 103.781 kasus dengan 727 orang meninggal. Angka insiden rate (IR) sebesar 38,25/100 ribu penduduk dan case fatality rate (CFR) sebesar 0,70% tersebar di seluruh wilayah Indonesia.

Dari data tersebut di atas nampak bahwa musim penghujan masih menjadi pengaruh yang besar terhadap terjadinya kasus DBD, hal ini dikarenakan selama musim hujan tempat perkembangbiakan nyamuk Aedes Aygepti semakin banyak terutama area perindukan di area luar rumah.

 Tanda dan Gejala DBD
Umumnya anak-anak dan remaja kemungkinan tidak mengalami tanda- tanda atau gejala DBD selama menderita DBD ringan. Biasanya gejala terjadi mulai hari ke empat hingga sepuluh setelah tergigit oleh nyamuk yang terinfeksi. Tanda dan gejala DBD adalah:

  1. Demam diatas suhu 41 derajat celcius
  2. Nyeri kepala
  3. Nyeri pada otot dan tulang
  4. Nyeri pada bagian belakang mata
  5. Ruam merah
  6. Mual dan muntah
  7. Pendarahan pada gusi atau hidung

Kebanyakan orang sembuh dalam waktu seminggu atau lebih. Dalam beberapa kasus, gejala dapat memburuk dan dapat mengancam jiwa. Pembuluh darah akan menjadi rusak dan bocor sehingga dapat menyebabkan penurunan jumlah trombosit. Hal ini dapat berakibat:

  • Pendarahan pada hidung dan mulut
  • Nyeri perut yang parah
  • Muntah
  • Pendarahan dibawah kulit sehingga terlihat seperti membiru
  • Masalah pada paru-paru, hati, dan jantung

 Faktor Resiko DBD
Berikut beberapa faktor yang meningkatkan resiko terjadinya DBD adalah:

  1. Hidup atau melakukan perjalanan di daerah tropis
  2. Pernah terinfeksi DBD sebelumnya
  3. Faktor usia: Penderita DBD 95% berusia dibawah 15 tahun
  4. Seseorang yang memiliki sistem kekebalan tubuh rendah

 Cara Pencegahan DBD
Saat ini pencegahan DBD yang paling efektif dan efisien adalah kegiatan menghancurkan tempat berkembang biak nyamuk dengan cara yaitu:

  1. Menguras
    Membersihkan tempat yang sering dijadikan tempat penampungan air seperti bak mandi, ember air, tempat penampungan air, penampung air lemari es dan lain-lain.
  2. Menutup
    Menutup rapat-rapat tempat penampungan air.
  3. Memanfaatkan kembali atau mendaur ulang barang yang dapat memicu tempat perkembangbiakan nyamuk penular DBD.
  4. Menaburkan bubuk larvasida pada tempat penampungan air yang sulit dibersihkan.
  5. Menggunakan kelambu saat tidur.
  6. Menghindari kebiasaan menggantung pakaian didalam rumah yang bisa menjadi tempat perkembangbiakan nyamuk.
  7. Menggunakan obat anti nyamuk oles ketika tidur dan beraktifitas sehari-hari.

 Penanganan DBD
Tidak ada terapi yang spesifik untuk DBD, berikut beberapa terapi yang dapat dillakukan untuk mencegah kondisi bertambah parah:

  1. Mengkonsumsi banyak cairan untuk mencegah dehidrasi karena muntah dan demam.
  2. Berkonsutasi dengan dokter untuk mendapatkan terapi pengobatan yang dapat menurunkan gejala seperti nyeri dan demam.
  3. Jika kondisi semakin parah maka diperlukan perawatan intensif di rumah sakit.

About ProSciences

3 comments

  1. Baguss penulisannya semangat yaa 😀

  2. Wah informasi yang sesuai dengan masa ini musim hujan dan banyak nyamuk harus waspada ini🤭🤭

  3. Terima kasih infonya sangat menarik.
    Dan sangat berguna karna dapat menambah wawasan bagi kami tentang DBD

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *