Mengenal Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK) dan Mengetahui Cara Pencegahannya

(Ditulis oleh Vira Siti Apriani, mahasiswa S1 Keperawatan – Universitas Indonesia Maju)

Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK) merupakan penyakit paru-paru yang terjadi secara bertahap dan akan memburuk seiring bertambahnya waktu. Kondisi ini terjadi ketika paru-paru atau saluran udara di paru-paru mengalami peradangan, penyempitan, atau bahkan kerusakan. PPOK merupakan masalah kesehatan global yang semakin meningkat serta dapat menyebabkan kematian. Sejauh ini penyebab penyakit ini adalah merokok dan paparan asap rokok, setelah itu adalah riwayat penyakit tuberkulosis (TBC). Lingkungan dengan polusi udara berperan dalam perkembangan PPOK.

Faktor Resiko Penyakit PPOK

Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK) dapat ditandai dengan obstruksi jalan nafas yang buruk dengan pemeriksaan menggunakan spirometri, termasuk obstruksi jalan nafas (bronkiolitis obstruktif kronik dan emfisema) yang menyebabkan terjadinya penyempitan pada saluran pernafasan sehingga penderita mengalami sesak nafas. Secara umum, faktor resiko dari PPOK adalah merokok, serta polusi udrara di lingkungan. PPOK dapat ditandai dengan gejala pernafasan seperti batuk berdahak, sesak nafas setelah beraktivitas, atau infeksi saluran pernafasan bawah yang bertahan lama (> 2 minggu). Gejala yang terjadi dapat bertahan lama dan menyebabkan penurunan kualitas hidup pasien dengan PPOK.

Berikut ini adalah beberapa penyebab Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK) yang penting untuk kita ketahui diantaranya:

  1. Kebiasaan Merokok
    Merokok baik aktif maupun pasif merupakan penyebab utama PPOK. Diperkirakan sekitar 80-90% kasus PPOK disebabkan oleh kebiasaan merokok atau menghirup asap rokok dalam jangka panjang.
  2. Polusi Udara
    Kebiasaan menghirup udara kotor atau paparan polusi udara juga pemanasan global dalam jangka panjang dapat membuat paru-paru cepat rusak, sehingga memicu terjadinya PPOK.
  3. Faktor Genetik
    Kelainan genetik ternyata juga bisa menjadi penyebab PPOK. Kelainan ini terjadi ketika tubuh penderita PPOK tidak bisa menghasilkan zat alpha-1-antitrypsin dalam jumlah yang cukup.
  4. Asma
    Dalam beberapa kasus, penyakit asma yang tidak diobati, lambat laun akan merusak paru-paru hingga menyebabkan PPOK. Akan tetapi, tidak semua penderita penyakit asma akan mengalami PPOK

Berdasarkan Global Intiative for Chronic Obstructive Lung Disease (GOLD) pengobatan farmakologi terbagi menjadi 4 kategori sebagai berikut (GOLD, 2018):

  • Group A: Bronkodilator.
  • Group B: LABA atau LAMA apabila gejala persisten maka kombinasikan LABA dan LAMA.
  • Group C: LAMA, ketika eksaserbasi lebih lanjut, berikan kombinasi LABA dan LAMA atau LABA dan ICS.
  • Group D: LAMA, LABA, dan ICS dan pertimbangan penambahan makrolida.

Pengobatan atau terapi ini memiliki efek positif untuk menghilangkan gejala batuk dan sesak nafas, ekserbasi dan fungsi paru-paru. Berikut adalah cara untuk mencegah terjadinya Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK) diantaranya yaitu: 1) Menghentikan kebiasaan merokok dan selalu jauhi asap rokok; 2) Menghindari paparan debu, asap, polusi, atau polutan lain, terutama bila bertempat tinggal atau bekerja di lingkungan dengan kualitas udara yang buruk; 3) Menjalani vaksinasi flu dan vaksinasi pneumokokus untuk mencegah dan mengurangi risiko infeksi pada saluran pernafasan dan paru-paru; 4) Menerapkan gaya hidup sehat dengan rutin berolahraga, mengonsumsi makanan bergizi seimbang, dan cukup minum air putih (sekitar 8 gelas per hari).

15 tanggapan untuk “Mengenal Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK) dan Mengetahui Cara Pencegahannya

  1. Thank uu artikel ini mengingatkan saya ke masa pkl judul artikel yg diambil sama persis PPOK, sangat bermanfaat sekali, terimakasih🙏

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *