(Ditulis oleh: RAHMA NURAINI, mahasiswa S1 Keperawatan – Universitas Indonesia Maju)
WHO mendefinisikan bahwa diare adalah suatu kondisi dimana seseorang buang air besar dengan konsistensi lembek atau cair, bahkan dapat berupa air saja dan frekuensinya lebih sering dari biasanya, tiga kali atau lebih dalam satu hari. Perlu diketahui jika menderita diare kurang dari 14 hari, penderita mengalami diare akut, dan jika lebih dari 14 hari, sudah dipastikan penderita mengalami diare kronis/persisten. Selain itu ada 3 derajat dehidrasi diare yang tak kalah pentingnya untuk diketahui, yaitu:
- Diare Tanpa Dehidrasi, ciri-cirinya jika pada balita, ia tetap aktif, memiliki keinginan untuk minum seperti biasa, mata tidak cekung, dan turgor kembali segera. Namun, balita akan kehilangan cairan <5% dari berat badan.
- Diare Dehidrasi Ringan/ Sedang, biasanya Balita mengalami gelisah atau rewel, mata cekung, rasa haus meningkat, turgor kembali lambat, dan kehilangan cairan 5-10% dari berat badan.
- Diare Dehidrasi Berat, ditandai dengan lesu/ lunglai, mata cekung, malas minum, turgor kembali sangat lambat >2 detik, dan kehilangan cairan >10% dari berat badan.
Penyebaran bisa juga terjadi karena menurunnya daya tahan tubuh yang disebabkan kurangnya asupan ASI kepada bayi sampai 2 tahun atau lebih. Di dalam ASI terdapat antibodi yang dapat melindungi bayi dari kuman penyakit. Kurang gizi/malnutrisi terutama anak yang gizi buruk akan mudah terkena diare.
Untuk mengatasi penyakit diare, berikut tindakan pencegahan dehidrasi yang bisa dilakukan di tingkat rumah tangga jika balita mengalami diare:
- Memberikan ASI lebih sering dan lebih lama dari biasanya.
- Pemberian oralit untuk mencegah dehidrasi sampai diare berhenti.
- Memberikan obat Zinc yang tersedia di apotek, Puskesmas, dan rumah sakit. Diberikan sekali sehari selama 10 hari berturut-turut meskipun diare sudah berhenti. Zinc dapat mengurangi parahnya diare, mengurangi durasi dan mencegah berulangnya diare 2 sampai 3 bulan ke depan.
- Memberikan cairan rumah tangga, seperti sayur, kuah sup, dan air mineral.
- Segera membawa Balita diare ke sarana kesehatan.
Gejala Diare
Diare ditandai dengan perubahan bentuk dan konsistensi tinja yang lembek sampai mencair dan bertambahnya frekuensi buang air besar yang lebih dari biasa, yaitu 3 kali atau lebih dalam sehari yang mungkin dapat disertai dengan muntah atau tinja yang berdarah. Frekuensi sering buang air besar.
Penyebab Diare pada Anak
Secara klinis penyebab diare dapat dikelompokkan dalam 6 golongan besar yaitu infeksi (disebabkan oleh bakteri, virus atau infestasi parasit), malabsorpsi, alergi, keracunan, imunodefisiensi dan sebab-sebab lainnya. Penyebab yang sering ditemukan di lapangan maupun secara klinis adalah diare yang disebabkan infeksi dan keracunan.
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kejadian diare pada anak yaitu :
- Faktor lingkungan; Faktor lingkungan yang dominan dalam penyebaran diare pada anak yaitu pembuangan tinja dan air minum karena berkaitan dengan penyebaran penyakit diare, yang merupakan penyakit menular berbasis lingkungan.
- Faktor sosiodemografi, Faktor sosiodemografi yang berpengaruh terhadap kejadian diare pada anak yaitu tingkat pendidikan dan pekerjaan orangtua, serta umur anak. Pendidikan seseorang yang tinggi memudahkan orang tersebut dalam penerimaan informasi.
Pencegahan Diare
Karena Diare merupakan penyakit yang disebabkan oleh mikroorganisme akibat sanitasi lingkungan yang kurang baik; untuk pencegahannya dapat dilakukan dengan memperbaiki perilaku dan sanitasi lingkungan. Oleh karenanya dengan implementasi konsep Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) serta pilar pilar dalam Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM); maka diharapkan Diare dapat dicegah dengan baik.
- Memberikan ASI eksklusif selama 6 bulan dan diteruskan sampai 2 tahun.
ASI adalah makanan paling baik untuk bayi. Komponen zat makanan tersedia dalam bentuk yang ideal dan seimbang untuk dicerna dan diserap secara optimal oleh bayi. ASI saja sudah cukup untuk menjaga pertumbuhan sampai umur 6 bulan. - Memberikan makanan pendamping ASI sesuai umur.
Pemberian makanan pendamping ASI adalah saat bayi secara bertahap mulai dibiasakan dengan makanan orang dewasa. Perilaku pemberian makanan pendamping ASI yang baik meliputi perhatian terhadap kapan, apa, dan bagaimana makanan pendamping ASI diberikan.
Cara Mengatasi Diare
Tenaga Kesehatan yang ada di garda paling depan di masyarakat seperti perawat dan bidan telah dibekali program Lintas Diare (Lima langkah tuntaskan diare) oleh Kementerian Kesehatan.
- Oralit, berikan segera bila anak diare, untuk mencegah dan mengatasi dehidrasi.
Untuk mencegah terjadinya dehidrasi dapat dilakukan mulai dari rumah tangga dengan memberikan oralit osmolaritas rendah, dan bila tidak tersedia berikan cairan rumah tangga seperti air tajin, kuah sayur, air matang. - ZINC diberikan selama 10 hari berturut-turut, mengurangi lama dan beratnya diare, mencegah berulangnya diare selama 2-3 bulan. ZINC juga dapat mengembalikan nafsu makan anak.
- ASI dan makanan tetap diteruskan sesuai umur anak dengan menu yang sama pada waktu anak sehat, untuk mencegah kehilangan berat badan serta pengganti nutrisi yang hilang.
- Antibiotik hanya diberikan pada diare berdarah, kolera dan diare dengan masalah lain.
Antibiotika tidak boleh digunakan secara rutin karena kecilnya kejadian diare pada balita yang disebabkan oleh bakteri. - Segera kembali ke petugas kesehatan jika ada demam, tinja berdarah, muntah berulang, makan atau minum sedikit, sangat haus diare makin sering atau belum membaik dalam 3 hari.